Saat ini banyak orang yang berkata dengan lantang menuntut sebuah
keadilan, kadang aku sendiri bingung sebenarnya keadilan seperti apa yang
meraka cari. Kalo kita lihat secara seksama keadilan akan selalu berbeda makna bagi
masing-masing individu. Adil menurutku belum tentu adil bagi oaring lain,
begitupun sebaliknya. Kadang ketika aku merenung untuk mencari sebuah keadilan
yang aku temukan adalah sebuah rasa kurang puas, rasa ingin berotak dan
menghancurkan semua yang ada. Sebuah pertanyaan kadang ada dalam benakku,
ketika aku melihat orang-orang disekitarku bisa tertawa terbahak-bahak diantara
luka dan ke tidak mampuan orang lain. Inikah sebuah keadilan bagi mereka? Inikah
keadilan yang ingin mereka rasakan?. Ketika ego sudah menjadi raja dan meraja
lela dalam diri kita, masihkah kita dapat melihat keadilan dan kebenaran itu
ada.
Yang muncul adalah rasa tidak percaya, baik pada diri sendiri ataupun
lingkungan. Krisis kepercayaan akan selalu meraja lela dan kebahagian yang
sesungguhnya hanya akan menjadi sebuah fatamorgana. Kebahagiaan bagi mereka
yang berkuasa dan memiliki tahta serta harta benda yang mungkin orang lain
tidak akan bisa menghitungnya. Apakah kita pernah melihat disekitar kita, masih
banyak orang yang belum tentu dapat merasakan apa yang kita rasakan. Dan ketika
aku bertanya pada mereka apa arti dari sebuah keadilan?. Kadang mereka hanya
menjawab dengan senyuman sinis, ada pula yang mengatakan jika mereka esok hari
bisa makan, ini sebuah keadilanbagi kami.
Sementara itu, orang-orang yang berkuasa terus menumpuk pundi-pundi
kekayaanya dengan menghalalkan berbagai cara. Menindas, meghancurkan keadilan
yang sebenarnya untuk kebahagiaan mereka yang cuma sesaat. Hingga tangis, jerit
ketidak puasan akan terus membahana pada diri orang-orang kecil yang setiap
hari disuguhin berita tentang tindakan orang-orang yang bisa membeli keadilan.
Kalau sudah seperti ini apa bedanya lingkungan kita dengan hutan rimba?, yang
berkuasa semakin meraja lela sedang yang tertindas akan semakin sengsara.
Gotong royong yang dulu menjadi jati diri kita juga sudah pergi tanpa pesan. Aku
masih ingat, dulu waktu aku sekolah ada pelajaran yang mengatakan. “
menempatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan”.
Masihkah ini berlaku dalam kehidupan kita sekarang.
Kini perdamain dan keadilan hanya menjadi sebuah wacana yang kapan akan
menjadi sebuah realita tak seorangpun yang tahu. Semua orang berebut untuk
menjadi nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi yang paling di puja. Bahkan
ada beberapa orang yang menamakan diri mereka sebagai pembela keadilan, namun
mereka hanya memperjuangkan isi kantong dan perut mereka. Itulah realita
lingkungan kita sekarang. Padahal tuhan telah menciptakan semua
berpasang-pasangan untuk bisa saling melengkapi ada pejabat ada pula rakyat
jelata, ada pimpinan ada pula bawahan dll. Ketika semua berebut untuk menjadi
pimpinan, siapa yang akan menjadi bawahan? Aku rindu nengriku dulu yang penuh
senyum dan santun. Sekarang ini bisa kita ibaratkan, kita sedang menaiki kapal
yang membawa harapan namun kapal ini berlayar tanpa arah. Dihempas badai dan
gelombang yang tak pernah sampai pada tujuan.
Mungkin aku sedikit lebih beruntung dari orang-orang itu, aku masih
dikelilingi oleh teman, keluarga dan saudara yang bisa memberiku sebuah keadlian,
biarpun yang mereka berikan bukan uang yang mungkin akan bisa membuat aku lupa
akan arti sebuah keadilan. Bagiku selama ini hidup rukun dan tidak saling
menggunakan ego untuk menjadi pondasi berfikir mungkin itu sebuah rasa adil.
Kita bisa salng member dan menerima pendapat dari orang lain. Aku hanya bisa
bersyukur ketika aku bisa menjalani hidupku tanpa merugikan orang. Bagiku
ketika aku berdiri di satu tempat dan aku dapat diterima disitu dengan baik
sudah lebih dari cukup. Dan aku selalu berpesan kepada teman-temanku yang
sering mengeluh tentang keadaan mereka, mereka yang selalu merasa kurang dengan
apa yang sudah didapat. Padahal disekitar mereka tak jarang orang yang hanya
bisa makan sekali dalam sehari. “ UNTUK APA MENGELUH KETIKA KITA MASIH BISA
BERSYUKUR” itulah yang selalu aku tanamkan dalam diriku. Syukuri apa yang sudah
kita dapat, jangan pernah berfikir lebih. Karena aku tahu, Tuhan sudah
menciptakan manusia dengan takaran mereka masing masing. Karena aku yakin “ APA YANG DI BERIKAN TUHAN KEPADA KITA
ITULAH YANG TERBAIK ”. Tuhan tidak akan memberikan sesuatu melebihi kemampuan ataupun
batasan kita.
Dalam kehidupan kita sekarang ini mungkin sering kita lihat orang yang
dikasih lebih dari kemampuan menerimanya, dan semua pasti di pergunakan untuk
hal – yang kurang bermanfaat atau malah merugikan orang lain. “ Terima Kasih
Tuhan atas nikmat yang engkau berikan pada hambamu ini, Aku akan menjaganya
dengan baik sebelum aku pertanggung jawabkan semua ini padamu”.
Ketika semua orang tak lagi bisa
berteriak
Ketika semua orang hanya bisa
menangis darah
Ketika ibu tidak lagi dapat
menyusui bayinya
Dan ketika semua alam hanya diam
membisu
Apakah ini artinya keadilan
bagimu
Keadilan semu yang hanya jadi
milikmu
Milik orang-orang yang tak tahu malu
Orang-orang yang ingin di puja
seperti berhala
Mungkinkan ada secercah harapan
Untuk kami merasakan keadilan
Keadilan yang telah engkau
rampas
Hingga yang ada hanyalah luka
dan sengsara
Ingatlah semua ini hanya
sementara
Dan ketika tiba saatnya giliran
mu untuk diam
Bisakah kamu mempertanggung
jawabkan
Keadilan kami yang telah engkau
perjual belikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar